kelip-celik
Gevedu: Teori Belajar Sibernetik
Sibernetik merupakan bentuk kata serapan dari kata
cybernetic
, yakni sistem kontrol dan komunikasi yang memungkinkan
feedback
atau umpan balik. Kata
cybernetic
, berasal dari bahasa Yunani yang berarti pengendali atau pilot. Istilah ini digunakan pertama kali oleh Louis Couffignal tahun 1958. Kini istilah sibernetik berkembang menjadi segala sesuatu yang berhubungan dengan internet, kecerdasan buatan, dan jaringan komputer. Istilah sibernetik pertama kali dipopulerkan oleh Nobert Wiener, seorang ilmuwan dari Massachussets Institut of Technology (MIT), untuk menggambarkan kecerdasan buatan (
artificial intelligence
). Istilah sibernetik digunakan untuk menggambarkan cara bagaimana umpan balik (
feedback
) memungkinkan berlangsungnya proses komunikasi.
“Sibernetik merupakan suatu ilmu pengetahuan yang mempersoalkan prinsip pengendalian dan komunikasi yang diterapkan dalam fungsi organisme atau mesin yang majemuk, dalam hal ini sering disinonimkan dengan umpan balik” (Abror, 1993, hlm. 148). Teori ini berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi dan ilmu informasi. Menurut teori sibernetik, belajar adalah pengolahan informasi. Asumsi lain dari teori sibernetik adalah bahwa tidak ada satu proses belajarpun yang ideal untuk segala situasi, dan yang cocok untuk semua siswa. Sebab cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi. “Sebuah informasi mungkin akan dipelajari oleh seorang siswa dengan satu macam proses belajar, dan informasi yang sama mungkin akan dipelajari siswa lain melalui proses belajar yang berbeda”. (Budiningsih, 2012, hlm. 81).
Implementasi teori sibernetik dalam kegiatan pembelajaran telah dikembangkan sejumlah tokoh, di antaranya adalah pendekatan-pendekatan yang berorientasi pada pemrosesan informasi yang dikembangkan oleh Robert Gagne, Gage dan Berliner, Biehler, Snowman, Baine, dan Tennyson.
Teori belajar sibernetik berorientasi pada pemrosesan informasi, yaitu bagaimana kecakapan siswa dalam memproses informasi dan cara-cara mereka dapat memperbaiki kecakapan untuk menguasai informasi. Selanjutnya digunakan acuan oleh seorang pengajar dalam kegiatan pembelajaran, sehingga dalam penyampaian informasi kepada siswa lebih efektif. “Pemrosesan informasi mengacu kepada cara-cara orang menangani rangsangan dari lingkungan, mengorganisasi data, melihat masalah, mengembangkan konsep, dan memecahkan masalah dengan menggunakan lambang/simbol-simbol baik verbal maupun non-verbal” (Tohirin, 2005, hlm. 181).
Pemrosesan informasi dalam pembelajaran tidak terlepas dari komunikasi. Menurut Miller (dalam Gintings, 2008, hlm. 116) “komunikasi terjadi dari suatu sumber menyampaikan suatu pesan kepada penerima dengan niat yang disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima”.
Robert Gagne (dalam Surya, 2004, hlm. 40-42) berpendapat bahwa “dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil pembelajaran”. Menurut Gagne, hasil pembelajaran merupakan keluaran dari pemrosesan informasi yang berupa kecakapan manusia yang terdiri atas:
1. Informasi verbal
Informasi verbal merupakan hasil pembelajaran berupa informasi yang dinyatakan dalam bentuk verbal (kata-kata atau kalimat) baik secara tertulis atau lisan. Informasi verbal dapat berupa pemberian nama atau label terhadap suatu benda atau fakta, pemberian definisi atau pengertian, atau perumusan berbagai hal dalam bentuk verbal.
2. Kecakapan intelektual
Kecakapan intelektual adalah kecakapan individu dalam melakukan interaksi dengan lingkungan menggunakan simbol-simbol. Kecakapan intelektual ini mencakup kecakapan dalam membedakan, konsep konkrit, konsep abstrak, aturan, dan hukum-hukum. Kecakapan ini sangat diperlukan dalam menghadapi pemecahan masalah.
3. Strategi kognitif
Strategi kognitif adalah kecakapan individu untuk melakukan pengendalian dalam mengelola keseluruhan aktivitasnya. Pada proses pembelajarannya, strategi kognitif ini mengarah pada kemampuan mengendalikan ingatan dan cara-cara berpikir agar terjadi aktivitas yang efektif.
4. Sikap
Sikap adalah hasil pembelajaran yang berupa kecakapan individu untuk memilih berbagai tindakan yang akan dilakukan. Dengan kata lain, sikap dapat diartikan sebagai keadaan di dalam diri individu yang akan memberi arah kecenderungan bertindak dalam menghadapi suatu obyek atau rangsangan.
5. Kecakapan motorik
Kecapakan motorik merupakan hasil pembelajaran yang berupa kecakapan gerakan yang dikontrol oleh otot dan fisik.
Referensi
Abror, A. R. (1993).
Psikologi Pendidikan
. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Budiningsih, A. (2012).
Belajar dan Pembelajaran
. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Gintings, A. (2008).
Esensi Praktis: Belajar & Pembelajaran
. Bandung: Humaniora.
Surya, M. (2004).
Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran
. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.
Tohirin (2005).
Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Newer Post
Older Post
Home