Karakteristik Anak Obesitas
Karya: Rizki Siddiq Nugraha
Obesitas atau kegemukan didefinisikan sebagai kelebihan lemak yang tidak normal dan dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan. Terdapat istilah Indeks Masa Tubuh (IMT), yakni indeks berat badan terhadap tinggi badan yang digunakan untuk menentukan batas kegemukan dan obesitas. Dikatakan obesitas jika seseorang mempunyai berat badan di atas 20% dari berat badan normal. Obesitas dapat terjadi akibat ketidakseimbangan antara asupan energi, yang selanjutnya disimpan dalam bentuk jaringan lemak.
Rata-rata perempuan memiliki lemak tubuh yang lebih banyak dibandingkan laki-laki. Dikatakan obesitas apabila perbandingan yang normal antara lemak tubuh dengan berat badan sekitar 25-30% pada perempuan dan 18-23% pada laki-laki. Adapun secara umum, obesitas digolongkan menjadi tiga kelompok, yakni (1) obesitas ringan apabila kelebihan berat badan 20-40% dari berat badan ideal, (2) obesitas sedang apabila kelebihan berat badan 41-100% dari berat badan ideal, dan (3) obesitas berat apabila kelebihan berat badan >100% dari berat badan ideal.
Adapun ciri-ciri obesitas pada anak, secara umum dijabarkan sebagai berikut:
1. Badan besar tidak sesuai usia
Biasanya anak yang mengalami obesitas akan terlihat lebih besar dan gemuk. Ukuran tubuh ini tidak sesuai dengan usia yang mereka miliki.
2. Lebih dari ukuran normal
Jika anak mengalami kenaikan berat badan secara signifikan dalam kurun waktu tiga bulan dan kenaikannya melebihi berat badan normal pada anak, maka dapat dikatakan anak tersebut mengalami obesitas.
3. Lipatan tubuh
Tidak hanya dilihat dari berat badan, obesitas pada anak juga dapat dilihat melalui kondisi fisik secara lebih spesifik. Misalnya, terdapat lipatan di beberapa bagian tubuh, seperti di bagian dagu dan perut, pipi terlihat tembem, dan leher terlihat pendek.
4. Alat kelamin kecil (untuk anak laki-laki)
Pada anak laki-laki yang obesitas, akan terlihat bagian dada yang lebih besar, serta alat kelamin akan terlihat lebih kecil jika dibandingkan dengan anak laki-laki dengan berat badan normal. Hal ini disebabkan karena penumpukan lemak di area alat kelamin yang menyebabkan terhambatnya pertumbuhan alat kelamin.
Sejumlah faktor yang diketahui mempengaruhi kondisi obesitas, antara lain:
1. Usia
Meskipun dapat terjadi di segala usia, obesitas sering dianggap sebagai kelainan pada umur pertengahan. Obesitas yang muncul pada tahun pertama biasanya disertai perkembangan rangka yang cepat dan anak menjadi besar untuk usianya. Meski begitu, usia bukanlah faktor penentu utama timbulnya obesitas.
2. Jenis kelamin
Jenis kelamin tampaknya ikut berperan dalam timbulnya obesitas. Meskipun dapat terjadi pada kedua jenis kelamin, tetapi obesitas lebih umum dijumpai pada perempuan. Mungkin saja obesitas pada perempuan disebabkan karena pengaruh faktor endoktrin, karena kondisi ini muncul pada saat-saat adanya perubahan hormonal.
3. Tingkat sosial
Obesitas banyak dijumpai pada perempuan keluarga miskin, barangkali karena sulitnya membeli makanan yang tinggi kandungan protein dan hanya mampu membeli makanan murah yang umumnya mengandung banyak hidrat arang. Obesitas yang dijumpai pada kalangan eksekutif, diperkirakan timbul karena makanan berlemak tinggi.
4. Aktivitas fisik
Setiap orang memerlukan asupan tenaga untuk memenuhi kebutuhan tenaga aktivitas fisik sehari-hari. Kebutuhan tenaga sangat beragam antar individu tergantung pada aktivitas seseorang. Obesitas banyak dijumpai pada orang yang kurang melakukan aktivitas fisik dan kebanyakan duduk. Di masa sekarang, dengan meningkatnya mekanisasi dan kemudahan transportasi, orang cenderung kurang bergerak atau menggunakan sedikit tenaga fisik untuk aktivitas sehari-hari.
5. Kebiasaan makan
Terdapat kebiasaan makan yang berbeda pada orang yang mengalami obesitas. Obesitas sering dijumpai pada orang yang senang masak atau bekerja di dapur. Di sisi lain, obesitas juga dijumpai pada orang yang memiliki gejala suka makan pada waktu malam. Hal ini biasanya disertai dengan insomnia dan hilangnya nafsu makan pada pagi hari.
6. Faktor psikologi
Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan makan. Salah satu bentuk gangguan emosi adalah persepsi diri yang negatif. Gangguan ini merupakan masalah yang serius pada banyak perempuan muda yang menderita obesitas, serta dapat menimbulkan kesadaran yang berlebihan tentang kegemukannya dan rasa tidak nyaman dalam pergaulan sosial.
7. Faktor genetis
Faktor genetis merupakan salah satu faktor yang juga berperan dalam timbulnya obesitas. Anak-anak obesitas pada umumnya berasal dari keluarga dengan orang tua obesitas. Barangkali timbulnya obesitas dalam keluarga semacam ini lebih ditentukan karena kebiasaan makan pada keluarga yang bersangkutan.
Dampak obesitas dapat terjadi dalam jangka panjang maupun pendek, antara lain:
1. Gangguan psikososial, rasa rendah diri, depresif dan menarik diri dari lingkungan. Hal ini karena anak obesitas sering menjadi korban bahan olok-olokan teman bermain dan teman sekolah. Dapat pula karena ketidakmampuan untuk melaksanakan suatu tugas atau kegiatan terutama olahraga akibat adanya hambatan pergerakan.
2. Pertumbuhan fisik atau linier yang lebih cepat dan usia tulang yang lebih lanjut dibanding usia biologisnya.
3. Masalah ortopedi (penyakit tulang) akibat beban tubuh yang terlalu berat.
4. Gangguan pernapasan, seperti infeksi saluran napas, tidur ngorok, dan sering mengantuk di siang hari.
5. Gangguan endoktrin, seperti menstruasi lebih cepat (bagi perempuan).