Tes Diagnostik
Karya: Rizki Siddiq Nugraha
Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga hasil tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk memberikan tindak lanjut berupa perlakuan yang tepat dan sesuai dengan kelemahan yang dimiliki siswa.
Menuruh Hamzah (2014, hlm. 57) tes diagnostik bertujuan untuk “mendiagnosis kesulitan belajar siswa untuk mengupayakan perbaikan yang tepat”. Tes diagnostik memiliki dua fungsi utama, yakni mengidentifikasi masalah atau kesulitan yang dialami siswa dan merencanakan tindak lanjut berupa upaya-upaya pemecahan sesuai masalah atau kesulitan yang telah teridentifikasi.
Menurut Brueckner dan Melby (1981, hlm. 73) tes diagnostik digunakan untuk “menentukan elemen-elemen dalam suatu mata pelajaran yang mempunyai kelemahan-kelemahan khusus dan menyediakan alat untuk menemukan penyebab kekurangan tersebut”. Hughes (2003, hlm. 15) menyatakan bahwa “tes diagnostik dapat digunakan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan siswa dalam belajar”. Tujuan penggunaan tes ini adalah untuk menentukan pengajaran yang perlu dilakukan di masa selanjutnya. Tes diagnostik adalah alat atau instrumen yang digunakan untuk mengidentifikasi kesulitan belajar. Setiap tes disusun untuk menentukan satu atau lebih ketidakmampuan siswa. Guru harus mengetahui di mana seharusnya memulai pengajaran dan keterampilan apa yang harus ditekankan. Jika tidak, kelemahan siswa tidak akan diketahui dan program pengajaran pendahuluan tidak dapat dibuat. Oleh karena itu, “diagnosis yang diteliti merupakan hal penting untuk menyesuaikan semua aspek pengajaran seperti tujuan, materi pelajaran, dan teknik mengajar dengan kebutuhan siswa” (Hopkins dan Antes, 1979, hlm. 56).
Tes diagnostik dirancang untuk mendeteksi kesulitan belajar siswa, sehingga format dan respons yang dijaring harus didesain memiliki fungsi diagnostik, dikembangkan berdasarkan analisis terhadap sumber-sumber kesalahan atau kesulitan yang mungkin menjadi penyebab munculnya kesulitan belajar siswa. Soal tes biasanya menggunakan bentuk isian singkat atau uraian (supply response), agar mampu menangkap informasi secara lengkap. Adapun tes diagnostik yang menggunakan bentuk pilihan ganda (selected response) harus disertai penjelasan mengapa memilih jawaban tersebut, sehingga dapat meminimalisir jawaban tebakan, dan dapat ditentukan tipe kesalahan atau masalahnya. Tes diagnostik juga perlu disertai rancangan tindak lanjut sesuai dengan kesulitan yang teridentifikasi.
Terdapat dua jenis tes diagnostik, yaitu tes diagnostik berdasarkan tes formatif dan tes diagnostik berdasarkan analisis guru. Kedua tes diagnostik tersebut memiliki struktur soal yang sama, namun yang membedakan adalah proses pemberian tes tersebut kepada siswa. Tes diagnostik tipe pertama digunakan dengan didahului tes formatif. Apabila dari hasil tes formatif diketahui terhadap siswa yang belum tuntas, maka dilakukan tes untuk mendiagnosis kemungkinan-kemungkinan sumber masalah. Tes diagnostik tipe kedua dilakukan tanpa didahului dengan tes formatif. Dugaan atas kemungkinan-kemungkinan sumber masalah muncul berdasarkan pengalaman guru. “Keduanya memiliki fungsi sama, dan bebas dipilih mana yang akan dilaksanakan sesuai kondisi dan kebutuhannya” (Depdiknas, 2007, hlm. 3).
Tes diagnostik berisikan butir-butir yang dirasa sulit bagi siswa. Diagnostik dilakukan untuk mengamati dan merekam kesalahan yang terjadi pada siswa dan melihat apakah ada pola kesalahan yang terjadi. Diagnostik tidak hanya menemukan macam-macam kesalahan yang dibuat siswa tetapi juga memperoleh pengertian yang mendalam tentang bagaimana siswa menjawab. Tes diagnostik tidak hanya menginformasikan kepada guru mengenai kelemahan siswa tetapi juga menunjukkan domain apa yang lemah. Mengapa masalah ada pada domain tersebut dan guru perlu mempertimbangkan solusi yang layak untuk masalah tersebut.
Tes diagnostik tidak diberikan kepada semua siswa tetapi diberikan kepada siswa yang mempunyai kesulitan. Langkah-langkah penting yang harus dilakukan sebagai prosedur pengetesan diagnostik secara umum, sebagai berikut:
1. Harus ada analisis tertentu untuk kaidah, prinsip, pengetahuan atau keterampilan yang hendak diukur.
2. Tes diagnostik yang baik direncanakan dan disusun mencakup setiap kaidah dan prinsip serta diujikan dengan cara yang sama.
3. Umumnya butir soal disusun secara kelompok, hal ini dimaksudkan untuk memudahkan analisis dan diagnosis.
Referensi
Brueckner, L. J., & Melby, E. O. (1981). Diagnostic and Remedial Teaching. Boston: Houghton Mifflin Company.
Depdiknas (2007). Tes Diagnostik. Jakarta: Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Hamzah, A. (2014). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Jakarta: Rajawali Press.
Hopkins, C. D., & Antes, R. L. (1979). Classroom Testing. Itasca: F. E. Peacock Publishers, Inc.
Hughes, A. (2003). Testing for Language Teacher. New York: Cambridge University Press.