Lempar Lembing
Karya: Rizki Siddiq Nugraha
Lempar lembing diartikan sebagai suatu aktivitas manusia melempar sebuah benda bernama lembing, yakni tongkat panjang berujung runcing, atau lebih familiar disebut sebagai tombak. Pada konteks olahraga, lempar lembing dapat didefinisikan sebagai salah satu nomor atletik melempar sebuah lembing dengan gaya dan teknik tertentu dengan mengikuti segala peraturan dalam pertandingan tersebut untuk memperoleh jarak lempar terjauh.
Lempar lembing atau lempar tombak merupakan salah satu aktivitas dan keterampilan sehari-hari yang dimiliki oleh manusia sejak zaman purba di mana manusia masih hidup dengan cara berburu. Lembing merupakan salah satu alat berburu yang sederhana dan efisien sehingga alat ini disinyalir sebagai salah satu alat pertama dalam berburu. Aktivitas melempar lembing ini tetap bertahan lama meski manusia mulai berkembang dan telah mengenal logam untuk membuat berbagai senjata canggih, seperti pedang, panah, rantai, dan sebagainya. Konon, olahraga lempar lembing bermula dari aktivitas lempar lembing pada zaman dahulu. Mula-mula orang hanya berlatih, namun kemudian mulai berlomba untuk menunjukkan kebolehannya hingga akhirnya ini menjadi ajang perlombaan.
Di era awal peradaban tinggi, yakni peradaban Yunani Kuno, lempar lembing telah diperlombakan dalam olimpiade kuno, yakni pada tahun 776 Sebelum Masehi (SM). Namun, belum diketahui secara pasti mengenai peraturan dan segala hal tentang pertandingan lempar lembing pada saat itu. Hal yang jelas bahwa pertandingan lempar lembing atau lempar tombak pada masa lalu tidak hanya mengejar poin sebagai pelempar dengan lemparan terjauh karena ada juga perlombaan lempar lembing dengan target tertentu layaknya pertandingan memanah. Konon, Achiles merupakan prajurit Sparta yang merupakan pelempar lembing yang tidak terkalahkan pada kala itu karena ia tidak hanya dikenal kepiawaiannya dalam pertandingan, namun juga pada medan perang.
Lempar lembing mulai masuk dalam cabang atletik olimpiade modern pada tahun 1908 dan hanya diikuti oleh atlet laki-laki saja. Peraturannya sederhana, atlet melempar tongkat panjang dengan ujung runcing yang disebut sebagai lembing pada batas lemparan yang disediakan untuk mencapai jarak lempar sejauh-jauhnya. Kemenangan diperoleh jika sang atlet mampu melempar dengan jarak terjauh di antara peserta lainnya. Pada olimpiade 1932, olahragan lempar lembing akhirnya diperuntukkan juga untuk perempuan dan tentu menggunakan lembing yang sedikit berbeda dengan yang digunakan oleh atlet laki-laki.
Lembing yang digunakan dalam pertandingan lempar lembing memiliki standar internasional yang mana lembing untuk atlet putra dan atlet putri berbeda. Lembing untuk putra memiliki panjang 2,60 meter – 2,70 meter dengan berat 800 gram, sedangkan lembing untuk atlet putri berukuran panjang 2,20 meter – 2,30 meter dengan berat 600 gram.
Tongkat lempar lembing
Pada pertandingan skala internasional, seperti olimpiade, semua lembing disediakan oleh panitia penyelenggara dan semua yang digunakan telah diperiksa sedemikian rupa hingga masing-masing identik satu sama lain berdasarkan kelasnya. Ketika dalam pertandingan, atlet lempar lembing hanya boleh menggunakan awalan hingga melempar pada tempat yang disediakan. Melempar melebihi batas yang ditentukan merupakan lemparan yang tidak sah. Pendaratan lembing bisa dinyatakan sah dan dapat dinilai apabila bagian lembing yang jatuh terlebih dahulu merupakan mata lembing pada area yang disediakan dengan posisi menancap tanah atau hanya menggores tanah.
Pada saat awalan, lembing sama sekali tidak boleh menyentuh tanah karena hal itu akan dinyatakan sebagai diskualifikasi yang setara apabila atlet melempar di luar area yang disediakan, misalnya melebihi batas awalan. Semua atlet akan bertanding untuk memperoleh jarak terjauh dari lembing yang telah terlempar dan masing-masing atlet hanya memiliki satu kali kesempatan untuk melempar lembing.
Lapangan lempar lembing digambarkan sebagai berikut:
Pada gambar di atas, ada tiga bagian lapangan lempar lembing, yakni:
1. Jalur awalan merupakan trek dengan panjang minimal 30 meter dan maksimal 36,5 meter. Jalur ini memiliki lebar 4 meter.
2. Sementara pada area gambar sudut merupakan area untuk melemparkan lembing setelah berlari dalam trek awalan. Dari poros tengah menuju pojok busur, sudut yang terbentuk adalah 30 derajat. Sudut ini merupakan petunjuk garis batas luar kanan dan kiri area sektor lemparan. Jarak antara titik A atau titik ancang-ancang untuk melempar hanya 8 meter dari bibir busur, yakni garis akhir yang tidak boleh dilewati oleh atlet ketika melempar.
3. Sektor lemparan merupakan lapangan yang berbentuk kerucut dengan sudut sebagaimana telah ditetapkan di area sudut. Panjang lapangan pendaratan ini minimal 100 meter karena sejauh ini belum ada atlet yang bisa melempar lembing sejauh 100 meter.
Pada dasarnya, teknik lempar lembing dibagi menjadi tiga, yakni:
1. Cara memegang lembing
Terdapat tiga gaya dalam memegang lembing, yakni:
a. Gaya amerika
b. Gaya finlandia
c. Gaya tang
2. Cara memulai awalan
Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan awalan adalah posisi tubuh saat bersiap, posisi kepala dan mata saat berlari, posisi lengan saat membawa lembing, dan gaya dalam melangkah dan melempar yang terbagi menjadi dua, yakni:
a. Hop step/gaya berjingkat
b. Cross step/gaya menyilang
3. Cara melempar
Sebelum melempar, posisi lembing ditarik ke samping kanan-belakang, lalu dilempar sekuat-kuatnya ke arah depan. Pastikan ujung lembing mengarah ke depan-atas dengan sudut 45 derajat. Usahakan seluruh tubuh pada saat melempar tidak kaku melainkan mengalir mengikuti efek lemparan sehingga seluruh tubuh akan ikut melepaskan energi lemparan dan bukan sebaliknya, menjadi penghambat lemparan.