Metode Keteladanan
Karya: Rizki Siddiq Nugraha
Keteladanan berasal dari kata dasar teladan, yaitu “perbuatan yang patut ditiru dan dicontoh” (El Rais, 2012, hlm. 656). Oleh karena itu, keteladanan adalah hal-hal yang dapat ditiru atau dicontoh. Sejalan dengan itu, Munawwir (2007, hlm. 614) mengemukakan bahwa “yang dikehendaki dengan keteladanan di sini adalah keteladanan yang dapat dijadikan sebagai alat pendidikan, yaitu keteladanan yang baik”. Dengan demikian, keteladanan adalah tindakan atau setiap sesuatu yang dapat ditiru oleh seseorang dari orang lain yang melakukan atau mewujudkannya, sehingga orang yang diikuti disebut dengan teladan.
Metode ini sangat tepat apabila digunakan untuk mendidik atau mengajar sikap, karena untuk pelajaran sikap dituntut adanya contoh teladan dari pihak pendidik atau guru itu sendiri. Terlebih bagi anak usia sekolah, khususnya Sekolah Dasar (SD), masih didominasi oleh sifat-sifat imitasinya terhadap apa yang didengar dan diperbuat oleh orang dewasa yang ada di sekitarnya.
Prosedur dalam pelaksanaan metode ini dilaksanakan dalam dua cara, yakni secara langsung (direct) dan secara tidak langsung (non-direct). Keteladanan yang dimaksud secara langsung di sini adalah bahwa pendidik/guru itu sendiri harus benar-benar menjadi dirinya sebagai contoh teladan yang baik kepada peserta didiknya. Adapun secara tidak langsung maksudnya adalah dengan menceritakan kisah-kisah atau riwayat-riwayat orang-orang besar, para pahlawan atau para nabi dan rosul. Dengan mengambil kisah-kisah atau riwayat-riwayat yang demikian itu diharapkan peserta didik akan menjadikan tokoh-tokoh tersebut sebagai teladan.
Hasil pengaplikasian keteladanan terbagi atas dua, yakni:
1. Pengaruh langsung yang tidak sengaja
Keberhasilan tipe peneladanan ini banyak bergantung pada kualitas kesungguhan realisasi karakteristik yang diteladankan, seperti keilmuan, kepemimpinan, keikhlasan, dan lain sebagainya. Pada kondisi ini pengaruh teladan berjalan secara langsung tanpa disengaja. Ini berarti bahwa setiap pendidik yang diharapkan menjadi teladan hendaknya memelihara tingkah laku dalam proses pembelajaran.
Keteladanan dalam pendidikan adalah metode influentif yang palin meyakinkan keberhasilannya dalam mempersiapkan dan membentuk peserta didik dalam moral, spiritual, dan sosial. Hal ini karena pendidik adalah contoh terbaik dalam pandangan peserta didik, yang akan ditirunya dalam tindak-tanduknya, dan tata santunnya.
2. Pengaruh yang sengaja
Kadangkala peneladanan diupayakan secara sengaja. Misalnya, guru memberikan contoh membaca yang baik agar para pelajar menirunya.
Metode keteladanan tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan pada penerapannya. Kelebihan metode keteladanan, antara lain:
1. Metode keteladanan dapat menciptakan hubungan harmonis antara pendidik dengan peserta didik.
2. Melalui metode keteladanan tujuan guru yang ingin dicapai menjadi lebih terarah dan tercapai dengan baik.
3. Melalui metode keteladanan guru secara tidak langsung dapat mengimplementasikan ilmu yang dipelajari.
4. Metode keteladanan juga mendorong guru untuk senantiasa berbuat baik karena menyadari dirinya akan dicontoh.
Adapun kekurangan metode keteladanan, di antaranya:
1. Jika dalam proses belajar mengajar figur yang diteladani dalam hal ini pendidik tidak baik, maka peserta didik cenderung mengikuti hal-hal yang tidak baik.
2. Sulit diterapkan pada materi yang bersifat abstrak atau teoritis.
Referensi
El Rais, H. (2012). Kamus Ilmiah Populer. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Munawwir, A. W. (2007). Kamus Al-Munawwir Indonesia dan Arab. Surabaya: Pustaka Progressif.