Gevedu: Media Pembelajaran Boneka Tangan


Media Pembelajaran Boneka Tangan
Karya: Rizki Siddiq Nugraha

 Boneka tangan merupakan media pembelajaran yang dapat membuat anak berimajinasi Gevedu: Media Pembelajaran Boneka Tangan

Boneka tangan merupakan media pembelajaran yang dapat membuat anak berimajinasi. Musfiroh (2005, hlm. 115) menyatakan bahwa “boneka tangan adalah boneka yang terbuat dari kain yang dibentuk menyerupai wajah dan bentuk tubuh dari berbagai bentuk dengan berbagai macam jenis sifat yang dimainkan dengan menggunakan tangan dan digerakkan menggunakan jari-jari tangan”. Menurut Bachri (2005, hlm. 138) boneka merupakan “representatif wujud dari banyak objek yang disukai anak. Boneka dapat mewakili langsung berbagai objek yang akan dilibatkan dalam cerita. Di samping itu, boneka juga memiliki daya tarik yang sangat kuat pada anak”. Dhieni (2005, hlm. 9.38) berpendapat bahwa “boneka tangan banyak digunakan di sandiwara-sandiwara untuk mengisahkan sebuah kisah kehidupan atau berimajinatif. Anak-anak menggunakan boneka tangan untuk mengungkapkan apa yang ada di pikiran mereka. Boneka tangan mendorong anak untuk menggunakan bahasa”.
Berdasar sejumlah pendapat tersebut dapat ditarik garis besar bahwa boneka tangan adalah perantara atau media yang digunakan dalam proses pembelajaran berupa boneka yang terbuat dari kain yang dibentuk menyerupai wajah dan bentuk dari berbagai bentuk dengan berbagai macam jenis sifat yang dimainkan menggunakan tangan dan digerakkan menggunakan jari-jari tangan.
Menurut Musfiroh (2005, hlm. 22) terdapat sejumlah manfaat dari permainan boneka tangan, antara lain:
1. Tidak memerlukan waktu yang banyak, biaya, dan persiapan tidak terlalu rumit.
2. Tidak banyak memakan tempat.
3. Tidak menuntut keterampilan yang rumit.
4. Dapat mengembangkan imajinasi anak, meningkatkan keaktifan, dan menambah suasana gembira.
Boneka tangan digunakan dalam kegiatan belajar, harus dipersiapkan dengan matang sesuai dengan tema yang dipergunakan. Hal ini dilakukan agar tujuan pembelajaran tercapai dengan baik. Rachmawati dan Kurniawati (2005, hlm. 78) mengemukakan sejumlah hal yang perlu diperhatikan, antara lain:
1. Rumuskan tujuan pembelajaran yang jelas, dengan demikian akan dapat diketahui apakah tepat penggunaan boneka tangan untuk kegiatan pembelajaran.
2. Buatlah naskah atau skenario sandiwara boneka tangan dengan jelas dan terarah.
3. Hendak diselingi dengan nyanyian agar menarik.
4. Permainan boneka tangan ini hendaknya jangan terlalu lama.
5. Isi cerita sesuai dengan usia perkembangan dan daya imajinasi anak.
6. Selesai permainan hendaknya berdiskusi tentang peran yang telah diperankan.
Lebih lanjut, Musfiroh (2005, hlm. 50) berpendapat bahwa “pemilihan bercerita dengan menggunakan boneka tangan akan tergantung pada usia dan pengalaman anak”. Boneka tangan juga dapat digunakan secara spontan tanpa skenario khusus dari guru. Guru hanya mengenalkan benda, cara menggunakan boneka, dan menyiapkan alat peraga pendukung, kemudian anak dibiarkan sendiri memainkan boneka. Guru hanya memotivasi agar suasana bermain boneka tangan dapat lebih menarik.
Pembelajaran boneka tangan harus jelas tujuannya. Pada saat pembelajaran berlangsung hendaknya jangan terlalu lama, akan lebih baik jika bercerita dengan boneka tangan diselingi lagu agar tidak bosan. Setelah selesai kegiatan pembelajaran boneka tangan hendaknya guru melakukan dialog atau tanya jawab kepada anak agar anak memahami kesemuaan kegiatan tersebut.

Referensi
Bachri, B. S. (2005). Pengembangan Kegiatan Bercerita. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Dhieni, N. (2005). Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka.
Musfiroh, T. (2005). Bercerita untuk Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Rachmawati, Y., & Kurniawati, E. (2005). Strategi Pengembangan Kreatifitas pada Anak Usia Dini Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.